Maret

Analisa Teori Hubungan Internasional pada Sengketa Pulau Dokdo: Antara sumber Identitas dan Sumber Daya Alam

(Ini sepertinya makalah semester 3 dibuat di 2013, jadi beberapa data mungkin sudah out of date)

Masalah perebutan atau klaim suatu kepulauan oleh beberapa negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain sering kali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara negara yang sama-sama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Seperti yang dialami oleh Jepang dan Korea Selatan atas klaim kepulauan Dokdo atau Takeshima. Status Pulau Dokdo atau  Takeshima (di Jepang) yang dipersengketakan kedua negara antara lain status kedaulatannya, di mana kedua negara mengklaim berdasarkan konektivitas secara geografis dan sejarah atas kepemilikan pulau tersebut. Kedua negara mengklaim telah memiliki Kepulauan tersebut sejak ratusan tahun yang lalu berdasarkan data-data dan dokumen sejarah masing-masing. Hubungan antara Jepang dengan Korea sendiri telah mengalami pasang surut semenjak Jepang menjajah Korea (1910-1945). Jepang sendiri menduduki pulau tak berpenghuni itu sebagai awal pencaplokannya atas Korea.[1]

Dokdo adalah pulau yang terletak kira-kira di pertengahan antara Semenanjung Korea dan kepulauan Jepang (pada 37 ° 14 26,8  ˝ N dan 131 ° 52  10,4  ˝ E). Sebenarnya, Dokdo bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau. Dokdo terdiri dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) and Seodo (Pulau  Barat), yang sekitar 89 batu-batu yang lebih kecil tersebar. Kawasan Dongdo adalah 73297m ², dan Seodo memiliki luas 88639m². Total luas kawasan Dokdo adalah 187.453 m². Pulau Dokdo sebenarnya telah diklaim oleh tiga negara: Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang. Namun, konflik utama di pulau sengketa antara Korea Selatan dan Jepang. Korea Utara sendiri dilaporkan mendukung klaim Korea Selatan terhadap pulau Dokdo.[3]

Dari sisi korea Selatan mengklaim bahwa Pulau Dokdo berada di bawah kedaulatannya berdasarkan pada acuan historis yang dikutip dalam beberapa dokumentasi pemerintah  Korea Selatan, yang menyatakan bahwa Dokdo pada awalnya merupakan suatu independent island yang dinamakan Ussankuk dan telah bersatu dengan Korea Selatan pada masa Dinasti Shilla pada tahun 512 SM. Data tersebut juga diperkuat dengan berbagai  dokumen kuno dan peta seperti “sejongsillokjirjii” (1432), “Donggukyeojiseungram” (1481), “Sinjeungsillokjirjii” (1531), “Gunjeong of Mangiyoram” (1808). Hal ini juga diperkuat dengan pengakuan Perancis dimana terdapat dokumentasi ekspedisi yang dilakukan oleh negara Perancis di bawah komando F.G. Jean (1737) yang menyatakan bahwa Dokdo berada di wilayah Semenanjung Korea di bawah teritorial Korea Selatan. Untuk itu  Korea Selatan mengklaim bahwa pengakuan kedaulatan Dokdo dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pengakuan Jepang atas Takeshima.[4]

Sementara dari pihak Jepang mengklaim kepulauan Dokdo telah dimasukkan ke dalam kedaulatannya melalui prefektur shimane pada tanggal 22 februari 1905 dalam keputusan dewan prefektur Shimane No 40 dan menamakan pulau Dokdo sebagai Takeshima.[5] Dalih lain yang diberikan Jepang atas kepemilikan pulau Dokdo berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Bahkan warga Jepang telah mulai menduduki pulau Takeshima, melakukan pemanfaatan kayu, perburuan singa laut dari abad 16. Sehingga secara historis, wilayah Takeshima merupakan wilayah kedaulatan Jepang.

Jika gugusan pulau dokdo hanya berupa pulau karang, batu, dan tidak berpenghuni, lalu mengapa kedua negara tersebut bersikeras untuk mempertahankan pulau Dokdo tersebut? Tentu saja bukan tanpa alasan pulau Dokdo menjadi sumber ketegangan antara Korea Selatan dan Jepang, Pulau Dokdo memiliki ekosistem yang unik. Memproduksi sejumlah kecil ikan air tawar, para permukaan gunung berapi, sebagian ditutupi dengan tanah dan tipis lumut, menjadi habitat tentang 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga. Pulau sekitarnya juga merupakan tempat komunitas berbagai macam organisme laut, termasuk anjing laut dan sebanyak 100 jenis ikan.[2]

Kepulauan Dokdo kaya akan Biota laut yang dapat menjadi sumber daya alam yang melimpah bagi kedua negara. Seperti yang kita ketahui Korea Selatan dan Jepang merupakan negara yang tidak begitu kaya akan sumber daya alam, sehingga dapat ditarik analisa bahwa terdapat kepentingan kedua negara untuk mempertahankan pulau Dokdo ini untuk menjadi ranah penghasilan tambahannya. Selain itu, Berdasarkan data kementrian pariwisata Korea Selatan menunjukan setiap tahun arus wisata ke pulau tersebut selalu meningkat. Pada tahun 2003 terdapat 1.503 orang dan pada tahun 2004 telah naik menjadi 1.597 orang wisatawan, yang datang ke pulau tersebut dengan mengggunakan kapal dari pulau Ullengdo.[6]

Kemudian, selain menyimpan daya tarik akan kekayaan alamnya, pulau Dokdo juga menyimpan kekayaan Gas Buminya.[7] Jepang dan Korea seperti yang kita ketahui merupakan dua negara kaya yang terkenal akan industri dan teknologinya. Dalam prosesnya tersebut, kedua negara ini pasti membutukan sumber daya energi tentunya, disinilah letak berharganya negara pulau Dokdo yang ingin dipertahankan kedua negara untuk dapat dimanfaatkan untuk kepentingan negaranya.

Disisi lain kisruh pulau Dokdo ini juga mengungkapkan kekuatan dari identitas nasional warga kedua negara tersebut. Menurut Benedict Anderson kita hidup dalam masyarakat khayalan. Dimana dalam membangun sebuah bangsa, unit-unit sejarah dan identitas nasional membangun populasi sebagai entitas otonom dan terpisah dari esensi tertentu. Esensinya diartikulasikan secara jelas seperti ‘sejarah,’ ‘budaya’, dan ‘tanah air’ yang membantu kita membangun identitas kolektif dan terpisah dari dari populasi yang lain.

Korea Selatan dijajah (1910-1945) oleh Jepang, sebuah fakta yang masih mendefinisikan identitas Korea.[8] Sehingga atas dasar memori histroris atas aneksasi Jepang dahulu, membangkitkan nasionalisme rakyat Korea Selatan yang tidak ingin kedaulatannya diganggu (lagi) oleh Jepang. Sedangkan bagi Jepang, mempertahankan pulau Dokdo adalah bagaikan mempertahankan legalitas sejarah turun-temurun Jepang yang tidak ingin direbut begitu saja.

Sejak tahun 1954, ada banyak negosiasi diplomatik dan upaya dari Jepang untuk membawa masalah ini ke Mahkamah Internasional, akan tetapi semua upaya dan negosiasi telah gagal dan hanya meningkatkan ketegangan antara kedua negara. Ketegangan kedua negara kembali memanas ketika sejarah pulau dokdo dicantumkan dalam buku teks pelajaran di Jepang. Pada Juli 2012, Jepang mengajukan protes diplomatik resmi dengan Korea Selatan setelah seorang pria menabrak truk ke gerbang kedutaan besarnya di Seoul untuk memprotes klaim Jepang atas pulau tersebut.[9]

Pada 10 Agustus 2012, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-Bak, mengunjungi Pulau Dokdo / Takeshima, membuatnya menjadi presiden pertama yang pernah melakukannya, dan kembali membesarkan tensi antar kedua negara negara. Setelah itu rentetan kejadian sengketa pulau ini, presiden kedua negara lalu menunda pertemuan tahunan antara menteri keuangan mereka. Selain itu, Jepang juga segera merespon dengan memanggil pulang duta besarnya dari Korea Selatan, Jepang juga telah memanggil duta besar Korea Selatan untuk Tokyo.[10] Pada Agustus 2012, Jepang sekali lagi menyarankan untuk membawa sengketa wilayah ke Mahkamah Internasional namun Korea Selatan kembali menolak usulan tersebut. Pihak Korea Selatan bersikukuh,  pulau Dokdo berada di dalam wilayah Korea Selatan berdasarkan fakta historis, geografis, dan hukum internasional. Klaim yang diajukan Tokyo tetap tidak dapat dibenarkan. Jepang sendiri menginginkan agar Korea Selatan untuk dapat menunjukkan etika baik dan membawa kasus ini ke ICJ untuk diselesaikan.[11]

Bahkan Korea Selatan menyatakan siap mengambil resiko putus hubungan dengan Jepang terkait dengan persengketaan ini, Korea Selatan juga akan tetap bersikeras untuk mempertahankan kedaulatannya di wilayah gugusan karang tersebut.[12] Awal 2013, pihak Jepang kemudian mengirimkan surat dan utusan khusus untuk menemui Presiden Korea Selatan terpilih dalam upaya meredakan ketegangan terkait sengketa pulau. Akan tetapi hal ini belum melahirkan hasil yang kongkrit mengingat tekanan dari dalam negeri Korea maupun Jepang (protes yang datang dari anti-Korea maupun anti-Jepang) terus terjadi.[13]

Berdasarkan teori Realisme, sebuah negara akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kepentingan nasional walaupun dengan cara harus berkonflik. Kecendrungan ini juga dapat tergambar jelas pada sengketa pulau Dokdo, dimana kedua negara terus mengupayakan berbagai cara untuk mempertahankan Pulau Dokdo sebagai kepentingan nasionalnya dengan berbagai cara, dengan jalan Damai dimana melalui prosedur mediasi (orang ketiga), maupun dengan jalan harus berkonflik, misal dengan harus memutuskan hubungan diplomatik.

Tekad dari Korea Selatan maupun protes yang terus berdatangan dari internal kedua negara, menggambarkan bagaimana nasionalisme dan identitas masyarakat turut memainkan faktor dalam ‘awet’nya konflik ini. Bagaimanapun, dengan adanya sentimen nasionalis, identitas, dan warisan sejarah penjajahan, hal ini akan cukup menyulitkan bagi upaya penyelesaian masalah kedua negara. Melakukan konsesi dengan Jepang-pun akan membahayakan bagi pembuat kebijakan di Korea. Mengingat isu nasionalisme sangat kuat disana. Begitupun dengan Jepang. Memanasnya kembali sengketa kedaulatan mereka menggema bersama dengan munculnya kelompok nasionalis. Salah satu hal yang membuat hubungan kedua negara ini tetap bertahan menurut penulis adalah interdepedensi dalam bidang ekonomi dan politik (misalnya dalam menyatukan pandangan mengenai bagaimana menyikapi ancaman Nuklir Korea Utara) yang membuat kerjasama-kerjasama diantaranya masih tetap terjalin. Untuk prospek penyelesaian sengketa, hal ini sangat tergantung pada bagaimana proses berkelanjutan perdamaian bilateral antara negara tetap berjalan dengan dasar.[14]

 


 

Daftar Pustaka

Jouhki. Jukka. “Dokdo Island Dispute: Korean Reconstruction of History and National Identity in User-Created Content Media”.

Dokdo Research and Preservation Association & Dokdo Institute. “A Story of Dokdo Island, A Korean Territory”. 1996.

Emme. Ralf. “Japan-Korean Reations and The Tokdo/Takeshima Dispute: Interplay of Nationalism and Natural Resources”. S. Rajaratnam School of International School: Singapore, 2010.

http://my-munofs-iv.wikispaces.com/file/view/Dokdo+Takeshima+Islands+Dispute+(Japan+-+S.Korea).pdf diakses pada 10/04/2013 pkl 20.22

http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-19207086 diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 20.38

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2186738/South-Korean-leader-stirs-diplomatic-tensions-visiting-disputed-islands-claimed-Japan.html

http://international.okezone.com/read/2012/08/31/413/683117/korsel-tak-ingin-isu-sengketa-libatkan-dunia-internasional diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.02

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4967&coid=1&caid=24&gid=2 diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.24

http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/02/23/asia-timur-sedang-memanas-jepang-klaim-pulau-dokda-milik-korea-536418.html diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.29

“Upaya Diplomatik Korea-Selatan Jepang Terhadap Penyelesaian Sengketa Pulau Dokdo” FISIP UNPAS: 2010. Dapat diakses di http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/11/jbptunpaspp-gdl-egiesagita-514-1-skripsi-i.pdf

[1] Jukka Jouhki, “Dokdo Island Dispute: Korean Reconstruction of History and National Identity in User-Created Content Media”. Hal 1

[2]Yang Seung Yoon & Nur Aini Setiawati.“Sejarah Korea Sejak awal abad hingga masa kontemporer”Hal 137. Cited in Egie Sagita. “Upaya Diplomatik Korea-Selatan Jepang Terhadap Penyelesaian Sengketa Pulau Dokdo”

FISIP UNPAS: 2010. Dapat diakses di http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/11/jbptunpaspp-gdl-egiesagita-514-1-skripsi-i.pdf

[3]http://my-munofs-iv.wikispaces.com/file/view/Dokdo+Takeshima+Islands+Dispute+(Japan+-+S.Korea).pdf diakses pada 10/04/2013 pkl 20.22

[4]Dokdo Research and Preservation Association & Dokdo Institute. “A Story of Dokdo Island, A Korean Territory”. 1996. Hal 3-4.

[5]Ibid. Hal 13.

[6] Dwi Arjanto, “Berebut Si Sunyi”, Koran Tempo, 21 April 2006, hal A22. Cited in Egie Sagita. “Upaya Diplomatik Korea-Selatan Jepang Terhadap Penyelesaian Sengketa Pulau Dokdo”

FISIP UNPAS: 2010. Dapat diakses di http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/11/jbptunpaspp-gdl-egiesagita-514-1-skripsi-i.pdf

[7]http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-19207086 diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 20.38

[8]Dokdo Research and Preservation Association & Dokdo Institute. “A Story of Dokdo Island, A Korean Territory”. 1996. Hal 3-4.

[9]http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-19207086 diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 21.41

[10]http://www.dailymail.co.uk/news/article-2186738/South-Korean-leader-stirs-diplomatic-tensions-visiting-disputed-islands-claimed-Japan.html

[11]http://international.okezone.com/read/2012/08/31/413/683117/korsel-tak-ingin-isu-sengketa-libatkan-dunia-internasional diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.02

[12]http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=4967&coid=1&caid=24&gid=2 diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.24

[13]http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/02/23/asia-timur-sedang-memanas-jepang-klaim-pulau-dokda-milik-korea-536418.html diakses pada tanggal 10/04/2013 pkl 22.29

[14]Ralf Emme, “Japan-Korean Reations and The Tokdo/Takeshima Dispute: Interplay of Nationalism and Natural Resources”. S. Rajaratnam School of International School: Singapore, 2010. Hal 24

A Spring Day for Kirana

A Spring Day for Kirana : First Meeting (III)

……

you’re improved a lot rana. Keep your work! Jangan lupa dinamika crescendonya ya, kau terlalu terbawa semangat kadang. But it’s okay. Bermain memang perlu feel ran..”

Aku mengangguk dan tersenyum lebar mendengarkan pujian dari dari Lee ssaem, tutor celloku. Rasanya aku semakin percaya diri dalam bermain cello.

“Rana aku berharap kamu terus improve kemampuan kamu dan ikut audisi pemain cello untuk Busan Orchestra Festival nanti, aku cukup percaya diri kamu bisa masuk dalam tim BOF nanti”

“Semoga ssaem, aku akan berusaha dan..”

“drrrr.drrrr.drrrrrr..” aku terkejut dengan getaran hpku.

“ah ssaem, ini dari ayah..”

“ahh it’s okay angkat saja, sampaikan salamku ya..” Untung ssaem paham betul ayahku, jadi ia sudah memahamiku kalau ada telp dari ayah.

“ne appa..?”

“Sudah selesai lesnya?”

“ne, aku baru selesai lesnya. waeyo appa??”

“Aku sedang syuting di Sohyang Teather, apa kau bisa kesini..?”

Aku hanya tertegun mendengarkan apa yang Ayah katakan, dia tidak biasanya menyuruhku menghampirinya seperti ini dan itu sedikit mencurigakan, tapi membuatku senang disisi lain

“ah aku punya sesuatu untukmu dari Thailand, tapi aku tidak bisa kembali ke rumah malam ini karena akan langsung ke Seoul untuk syuting lagi..” mungkin karena aku tidak merespon kalimat yang tadi Ayah buru-buru menjelaskan

“ohh, ne appa, aku akan kesana. Apa kau sudah makan? Apa ada yang ingin kau..” terdengar seseorang memanggil Ayah..

“kau kesini saja ya tanya saja yang lagi syuting. Sudah ya…bip..bip..bip”

Aku menghelas nafas, ahh sudah biasa, apalagi ketika dia sedang syuting. Akan ada banyak staff yang bolak balik bertanya hal ini dan itu kepadanya.

Aku bergegas mengambil cello case ku dan menggendongnya kepunggungku. Aku berbicara sebentar dengan Lee Ssaem lalu pamit menuju halte bus. Karena jarak yang cukup jauh aku memutuskan untuk menitip sepedaku di tempat kursus saja.

…..

“Anyyeong haseyo, apa kau tau tempat orang syuting disini”

“nuguseyyo?” Seorang security menghampiriku saat aku sedang bertanya kepada resepsionis.

“saya Kirana pak, anaknya sutra…”

“ohh, ne ne, kau rupanya. seorang staff tadi menghampiriku untuk menghantarmu apabila sudah sampai”

“ne ahjussi, kamsahamnida”

Ahjussi itupun menghantarkanku ke sebuah taman di samping gdeung Shongyang Teater, tampak mobil-mobil van dan peralatan syuting ada dimana-mana. Jalan menuju tamannya memang sepi, tapi mendekati tamannya keramaian mulai terlihat. Para staff berlalu lalang dengan peralatan dan walkie talkienya, sementara para staff make up sibuk berlalu lalang dengan kuasnya.

Dari jauh aku tampak melihat Ayah dikerumuni  banyak orang yang mungkin adalah artis dan staff, aku lalu berterima kasih kepada ahjussi security, aku merasa tidak perlu diantar lagi karena sudah melihat ayah.

Karena ayah yang sepertinya sedang serius berdiskusi aku memutuskan untuk berkeliling sebentar. Sepertinya film yang sedang ayah tangani adalah drama kolosal. Propertinya terdiri dari pedang, tombak dan anak panah bahkan ada beberapa ekor kuda. Bajunya juga sepertinya baju pengawal, entah pengawal atau baju pangeran tapi sepertinya baju kerajaan.

Aku berjalan menuju sebuah pohon besar di taman itu untuk istirahat sebentar, lagian aku belum makan bekalku tadi, pikirku. Belum juga duduk, aku dikagetkan dengan suara batuk dari balik pohon itu. Pelan-pelan aku mengintipnya dan kaget melihat seorang lelaki menggunakan baju kerajaan dan rambut extension yang panjang sedang duduk, memejamkan mata ditemani dua orang yang sepertinya adalah manajer dan asistennya.

Lelaki itu sangat manis, hidungnya begitu mancung, jawlinenya begitu tegas, bahunya lebar dan kakinya panjang.

“mmul juseyo” ia membuka matanya dan mengulurkan tangannya pada manajernya.

Hatiku bergetar mendengar suaranya yang begitu dalam.

Matanya tidak terlalu sipit. Kulitnya tidak begitu putih, tapi ia memiliki wajah yang bersinar, bibirnya tipis dan ia memiliki tahi lalat di bibirnya.

“woaa, tampan..” bisikku. Aku sudah sering melihat lelaki tampan di sekolah, bahkan di Busan tapi rasanya biasa saja, namun kali ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang wajah dan suaranya mampu menggetarkan hatiku, membuat waktu rasanya berhenti dan angin sepertinya bertiup hanya ke arahku saja.

Namun sayangnya bisikanku dapat di dengar olehnya, tiba-tiba tanpa bisa ditebak dy menoleh ke arahku. Melihatku dengan terkejut.

Dengan kecepatan angin aku segera bersembunyi dibelakang pohon

Tapi… “ptokk..!”

Cello case ku terbentur pohon, sial!

“Nugu.?”

Ahh lagi-lagi suaranya, hampir saja jadi lemas tak berdaya. Tapi karena panik, aku kabur berusaha lari secepatnya, namun cello case pinkku membuatku mustahil tidak terlihat.

“YA…?!!!!”

Terdengar suara  memanggilku dari belakang tapi aku sudah tidak peduli lagi, aku terlalu panik dan terus berlari menjauh dari pohon itu. Tanpa menoleh ke belakang lagi, aku terus berlari mencari tempat persembunyian.

Hari yang melelahkan dan begitulah pertama kali aku melihatnya..

A Spring Day for Kirana

A Spring Day for Kirana : Almost! (II)

……

Bel berbunyi, tanda sekolah telah usai.

Semua anak riuh riang bersiap keluar kelas. Aku juga bersiap merapihkan seluruh bukuku ke dalam tas, lalu terdengar suara dua anak perempuan menghampiriku

“heiii, buru-buru sekali. Mau kemana kamu?..” Suara itu ternyata dari Anjani, salah satu teman dekatku di sekolah yang berasal dari India.

“tau, main yuk. Aku ingin makan ice cream di resto yang baru buka itu. Katanya lagi ada promo loh..” sahut Yeon-ah.

“kalian lupa ya hari ini hari Selasa..?” jawabku tersenyum

“Ah benar Jani, ini waktunya dia les cello. Aigooo anak ini, bolos saja sekali, ayahmu juga tidak akan mengetahuinya..”

Aku hanya tersenyum dan memeluk mereka sebelum pamit untuk pulang duluan.

Sudah lama sejak pertama kali aku mulai belajar bermain cello ketika dulu sering mengikuti mendiang ibu mengajar musik di sekolahnya. Kebetulan ibu dulu adalah guru musik di sebuah institut musik dan seni di Jogja. Aku mulai serius menekuni bermain cello dan mengikuti les hingga masuk SMP, tapi terhenti ketika ibu jatuh sakit.

Semenjak aku dan Ayah jarang berbicara, aku merasa sedikit kesepian dan kesulitan dalam mengeskpresikan perasaan, aku lalu meminta Ayah agar aku diizinkan untuk mengikuti les cello lagi di sebuah sekolah musik dekat rumah.

….

“brak..!’’

“Kirana??”

“Neee..”

“Kenapa dibanting pintunya? Nanti rusak loh..”

“I’m sorry bii.. Aku harus ke tempat kursus.. Apa kau lihat baju stripe hitamku bibi?” Teriakku dari dalam kamar

“sudah kulipat di dalam lemarimu”

“Neee, araseoyyo. Udah dapet!” 10 menit bersiap aku lalu siap-siap untuk pergi, Ahjumma Nana sudah menunggu di depan pintu rumah dan menyodorkan tempat makan dan minum.

“jangan lupa di makan yaaa, jangan sampe telat makan lagi. Kau ingat kan bagaimana reaksi Ayahmu ketika tahu kau sakit? Kau tidak akan membuatnya dan seluruh krunya meninggalkan lokasi syuting lagi kan..”

“siapp..” Aku lalu buru-buru mengambil sepedaku dan melesat menuju sekolah musik.

…..

Cuaca siang ini sangat Indah dan cerah, karena ini bulan April dan musim semi, cherry blossom di sepanjang jalan sangat indah. Musim semi memang merupakan musim favoritku, musim yang membawa warna disetiap sudut kota Busan, mencerahkan hati dan menyegarkan mata. Dengan senyum yang lebar aku terus mengayuh sepedaku.

Saat ingin berbelok, tiba-tiba ada mobil sedan hitam melesat dengan kecepatan tinggi menikung disamping kiriku, “TEEETTTTT..!!” tanpa aba-aba dy memberikan klakson yang sangat panjang dan keras kepadaku, padahal posisiku sudah benar, mobil itu saja yang mengambil jarak yang begitu besar.

Aku tersentak dan melakukan rem mendadak, hampir saja terjatuh

“YA BANGSAAT..”

Ups. Aku keceplosan. Mobilnya berhenti sesaat setelah ku teriaki, tapi lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Aku cukup takut ketika mobilnya berhenti, ku pikir aku akan dihampiri karena sudah berkata kasar, huff. Tapi aku kan tidak salah, kenapa mesti takut?!! Ketusku kesal.

Setelah berupaya keras untuk menenangkan diri, aku melanjutkan perjalanan ke sekolah musik.

“Hampir saja…” bisikku.

……

Snow in my bed

Just a random thought

Bahkan saat masih menjadi benih, bukankah kita sudah mulai berkompetisi? Berkompetisi untuk menjadi yang terbaik, berkompetisi untuk bertahan.

Ketika telah terlahir, kita terus saja berkompetisi. Di bangku sekolah, kau harus mengalahkan teman-temanmu untuk menjadi siswa dengan peringkat tertinggi. Saat sarjana, kau harus berkompetisi dengan para sarjana yang lain agar cv mu bisa diterima di perusahaan. Saat bekerja, kau masih harus berkompetisi dengan rekanmu untuk menduduki jabatan yang bagus.

Mereka bilang tidak mengapa untuk gagal, tapi ketika kamu gagal mereka akan menyalahkanmu.
Mereka bilang tidak mengapa tidak memberikan apa-apa, tapi saat serba kekurangan mereka akan mempertanyakan tanggung jawabmu.
Mereka bilang bicarakan saja masalahmu pada mereka, tapi ketika kau mengeluh masalahmu, mereka memintamu untuk pergi.
Mereka bilang, ikuti saja kata hatimu, tapi saat kau mengambil keputusan yang tidak benar, mereka malah menjatuhkanmu.

Tidakkah berlari itu melelahkan? Waktu terus memaksamu menjalankannya dengan tepat dan benar tanpa mentolerir sedikit kesalahan dan keterlambatan, kejam rasanya karena ini adalah hidup pertamamu, kau tidak pernah berada pada fase ini sebelumnya, tapi kau dipaksa untuk bertahan dengan kebingunganmu. Kaupun merasa gagal karena keterlambatanmu dalam menemukan jalan kebahagiaan.

Kau terus memaksa dirimu untuk membahagiakan orang lain sampai kau sendiri lupa caranya menikmati hidup dan menjadi bahagia, saat dulu kebahagiaan sesederhana menonton drama favorit sendirian di kamar.

Apakah kebahagiaan dan kesuksesan hanya tentang bagaimana mereka melihat pekerjaanmu? melihat gedung tempat kerjamu? melihat uangmu? melihat penghasilanmu? melihat fisikmu? melihat bajumu? Karena aku begitu muak dengan bagaimana mereka mendefinisikan hidupku, bahagiaku, suksesku.

Sesuatu terjadi pada dirimu, tapi kau sendiri tidak tahu harus kemana, bagaimana dan apa yang menjadi masalah.

Kau ingin bermimpi, tapi realita terus menjatuhkanmu, berbisik bahwa kau takkan mampu meraihnya.

Mimpiku, apakah ia juga berkompetisi dengan mimpi-mimpi lainya? Apakah ia sudah kalah? Apakah mimpiku adalah mimpi yang gagal? Tapi apa benar hal itu yang  aku impikan? Lalu apa mimpiku?

Aku tak tahu.

A Spring Day for Kirana

A Spring Day for Kirana ; Prologue (I)

PROLOGUE

Namaku Kirana Maisha Kim. Gadis 16 Tahun blasteran Indonesia – Korea yang baru 3 tahun pindah ke Busan. Aku merupakan salah satu siswi SMA kelas 3 di sekolah Internasional di Busan.

Ayahku seorang sutradara film yang cukup terkenal di Korea.

Ayah dan Ibu bercerai saat aku duduk dibangku SD. Awalnya  aku tinggal bersama Ibuku di Yogyakarta, tapi 5 Tahun lalu Ibu dipanggil oleh Maha kuasa karena sakitnya.

Aku sempat tinggal bersama nenekku namun karena kondisi ekonomi nenek yang sulit, aku dijemput Ayah untuk tinggal bersamanya di Busan.

Meski kini aku tinggal bersama Ayahku sendiri, hubunganku dengannya masih kaku  layaknya hubungan orang yang baru kenal. 7 Tahun tidak bertemu dan tidak berkomunikasi membuatku hampir lupa rasanya punya Ayah dan sulit menjadi terbuka dengannya. Meski aku tau dy sangat menyayangiku.

Menjadi sutradara yang kini sedang “naik daun” juga bukan perkara yang mudah bagi hubunganku dengan Ayah. Ia menjadi sangat sibuk dan kami menjadi jarang bertemu dan berbicara. Meski demikian aku bersyukur ada Ahjumma Nana di rumah yang bisa ku ajak bicara dan mengajariku bahasa korea serta mengenalkanku budaya di Busan.

Satu hal yang membuatku mampu memaklumi keadaanku bersama Ayah adalah ia cukup terbuka memperkenalkan aku sebagai anaknya kepada koleganya, dan dia tidak segan meninggalkan pekerjaannya begitu tau aku sakit. Ku pikir ini hanya masalah waktu hingga aku bisa menjadi dekat dengannya kembali seperti saat masih kecil.

Bersambung.

—————————–

 

 

Snow in my bed

Hey look, I survived another day!

I opened my eyes as usual today at 4.55 and started to did my morning activity, prepared myself to go office, as usual.

The anxiety, always came at my early morning caused a ‘not ready’ feeling almost in my every morning.

I felt sorry to God, because still cannot become a good guy. Ain’t I should be grateful for wake up with normal breath without any medical tools on body? Maybe the life that I complained about is the life that other people really wanted? realize it, me. ck, human.

I skipped my breakfast this morning because had meeting today, so I rushed myself to go. I worked as usual, did my duty, finish some task, talk to some people and feel empty. At some points, I stopped worked and stared at the lamp, asked myself  “did I really want this?”, throwback at how I really wanted to work at the city, in a big company that has tall building. Ya, I  worked at the city right now, but, I’m not sure whether I love what I do right now or no. Because it keep make me feel ‘uncomfortable’ at my night and my morning, on my sleep and on my daily activity. I worried my health sometimes, I’m afraid this anxiousity affect to my healthy. But, somehow, I’m afraid to lose this job also, cz I can’t make my parents sad with my choice. I need to support them also, in this critical point, I think they do need me right now. So, welcome to the crisis 🙂

I feel like living with no dream. I keep doing stuff that necessary. But forget how to be really happy. I keep walking, but don’t have place to go, so I just keep walking, don’t know which way to go. In the end we just do something, cz we need to live normally.

I keep asked myself until time to go home, so I prepared myself again to go home. And… Hey, I survived another day! I did a good job, woke up at early morning, didn’t late, worked hard and tried hard to finish it all, I did okay..! Good job, me..!
I might still can’t figure out the answer, yet. Life must be laughing at me right now, look how funny I am because keep grumbling but keep repeat the same activity. But, as long as I breath, I will keep survive, I will keep searching, my dream, my passion, my purpose, because life is about a discovering. No matter how professional you are, no matter how old are you, life will always ready to throw a lesson for you to learn.

I hope I could figure out the answer of my life questions, soon, and get myself stable, soon.

Dear 2018, I will survive you 🙂

Januari · Uncategorized

About 8D Music ; Perkawinan musik dan teknologi

Hello good people, bagaimana hari Anda?

Now, you can guess what is my Nationality, isn’t it? haha

So here,

Bermula dari temen saya yang merekomendasikan sebuah tautan youtube di DM instagram saya yang isinya lagu BTS – Mic Drop Steve Aoki remix (ft Desiigner),

katanya ;

“wajib dengerin, berasa lagi dibisikin..!”.

Penasaranlah saya, gimana rasanya ((((dibisikin))))  via lagu. Bukalah saya tautan tersebut dan ekor kalimat di judul tautan tersebut juga makin membuat saya penasaran.

“… 8D music”

“What is that..?”. Katanya juga disuruh “use headphone..!”. Karena penasaran, dengan sedikit malas saya meraih headeset saya yang ada di meja laptop dan segera menekan tab  “Play”. Memasuki lagu, intro awalnya memang biasa saja, tapi beberapa detik kemudian datanglah sensasi itu, sensasi musik yang rasanya seperti ‘berjalan’ disekitar kepala, dari telinga kiri ke kanan, depan ke belakang, menjalar hingga ke batang leher hahaha jujur saja, saya selalu merasa tergelitik tiap kali mendengarkan musik efek 8D karena selalu merasa seperti ada yang bernafas di sekitar leher dan telinga. Well, at least worthlahh, temen saya gak lebay ternyata, efeknya emang bikin cengar cengir wkwk lol.

Hmmm.. Jadi ini efek musik 8D…

Saya bukan seorang yang awam dengan teknologi atau techno savvy, saya juga tidak begitu paham dengan computer science, walau pernah mempelajarinya saat mengenyam pendidikan jurusan IPA selama 3 tahun di SMA. Tapi menurut saya, hal ini sangat menarik, untuk saya yang mencintai musik dan ukuran saya yang biasanya hanya menikmati kecanggihan teknologi diluar rumah (paling banter nonton 4D di bioskop hahah cuih) lalu kemudian merasakan hal ini di kamar sendiri adalah suatu hal yang “wah..”.

Sayangnya, belum banyak artikel yang membahas mengenai musik 8D ini, artikel yang banyak justru mengenai teknologi 8D. Tapi mohon maaf, saya agak sedikit sulit memahaminya. Ada beberapa forum diskusi yang saya baca mengenai musik 8D, akan saya coba sedikit menginterpretasikan mengenai musik 8D – sesuai pemahaman saya ya :). Feel free buat teman-teman yang mungkin lebih paham mengenai teknologi untuk diskusi sama-sama membahas hal ini, saya juga sangat tertarik bagaimana hal ini akan mempengaruhi bentuk musik di masa yang akan datang.

Pengertian musik 8D sendiri sebenarnya masih dalam perdebatan, karena belum jelas bagaimana istilah musik 8D itu datang. Istilah sebenarnya untuk musik tersebut adalah suara ambisonik, yang mana dengan bantuan teknologi dapat mensimulasikan suara secara penuh dan menciptakan efek surround sound, makanya musik ini bisa terdengar datang dari arah mana saja dan disarankan untuk menggunakan Earphones, Headsets or Hands free. Biasanya hal ini diterapkan pada Game Virtual Reality (VR) untuk mendukung sensasi real ketika kita bermain VR.

Wah seiring dengan berjalannya waktu, perubahan zaman dan kemajuan teknologi, konsep ‘mendengarkan lagu’ juga berkembang ya. Coba pikir bagaimana kebiasaan kamu dalam mendengarkan lagu berubah dari tahun ke tahun?!

Sekian untuk tulisan dan sharing pengalaman saya kali ini.

Have a nice day everyone 😀

Snow in my bed

1st ; Discovering a dream and a purpose of life

Hey..!

Haha..

Trust me I have no idea why I am here, right now.

Started from my anxiety and my worries become more complex and got me hard to sleep lately, I decided to looking for some “medicine” in something that I can make effort, to keep my thought busy. Yes, and I choosed ; make a blog. This blog gonna filled by the content about myself, my daily activity, my feeling and some random article that I plan to write every week/month.

I interested on International social and political issues (as my educational background from International Relations). I interested also on women issues, as I really interested to learn about feminism. And also….. jeng..jeng… raise your hand if you are a K-POP fan here lol. I am a big fans of Bangtan Sonyeondan, man, so I am a definetly  an A.R.M.Y lol.

Strangely, I worked at the very different field from my education and my Interested stuff haha (still can not figure it out) becuase I am only a month worked at that place and still searching for my “comfort” position hahaha

At my quarter age right now, I’m still discovering my dream and my purpose of life. I know it is late for me (at my age right now) to realize it just now. But life is very spontaneous, isn’t it? I also didn’t get it, why the feel and the confusing thought just came to me at this age. I loved many things and did many things (not that many actually), I dreamed about continue my study abroad, ofc in Korea as my favorite country (shit, I’m listening to Awake by Jin BTS right now – I’m not gonna cry  not gonna cry lalala~~) but as the oldest daughter I also have responsbility to help my parents, so thats how I – am trying – to give up on that dream (which haunted me every single night). I am afraid to failed and still can not manage to plan my long term goal. These thought haunted me almost every day, every where, pimple come so much on my face, I keep have stomachache and I am afraid get little depression lol. Some of my friends at same age didn’t believe it, I didn’t want to told them about the completed story also because they will tell me “over-reacted” or looking for any “attention”. Trust me, I’ve been re-thinking about this for a while “am I being lonely?”, “am I just need boyfriend?” , come on I’ve been living alone for 7 years, but why these thoughts just come now?!. haha why I become so funny right now?!

Ah, I am interseted also in singing, I am an amateur singer hahah (believe or not). Maybe sometimes, it will be a good idea if I upload my voice in here wkwkwk (it will haunt you every night maybe hihi).

Btw, english is not my first language, so pardon me for wrong grammar or the word lol you’re gonna figure it out later what my nationality is after I write the first random article. wkwk it’s difficult to me to express my thought and feeling without use english hehe..

Thats’ all for today, I will try hard to write in here as much as I can. I gotta go right now, to keep my thought busy and make many laugh to feel better today.

See you later 🙂