A Spring Day for Kirana

A Spring Day for Kirana : Almost! (II)

……

Bel berbunyi, tanda sekolah telah usai.

Semua anak riuh riang bersiap keluar kelas. Aku juga bersiap merapihkan seluruh bukuku ke dalam tas, lalu terdengar suara dua anak perempuan menghampiriku

“heiii, buru-buru sekali. Mau kemana kamu?..” Suara itu ternyata dari Anjani, salah satu teman dekatku di sekolah yang berasal dari India.

“tau, main yuk. Aku ingin makan ice cream di resto yang baru buka itu. Katanya lagi ada promo loh..” sahut Yeon-ah.

“kalian lupa ya hari ini hari Selasa..?” jawabku tersenyum

“Ah benar Jani, ini waktunya dia les cello. Aigooo anak ini, bolos saja sekali, ayahmu juga tidak akan mengetahuinya..”

Aku hanya tersenyum dan memeluk mereka sebelum pamit untuk pulang duluan.

Sudah lama sejak pertama kali aku mulai belajar bermain cello ketika dulu sering mengikuti mendiang ibu mengajar musik di sekolahnya. Kebetulan ibu dulu adalah guru musik di sebuah institut musik dan seni di Jogja. Aku mulai serius menekuni bermain cello dan mengikuti les hingga masuk SMP, tapi terhenti ketika ibu jatuh sakit.

Semenjak aku dan Ayah jarang berbicara, aku merasa sedikit kesepian dan kesulitan dalam mengeskpresikan perasaan, aku lalu meminta Ayah agar aku diizinkan untuk mengikuti les cello lagi di sebuah sekolah musik dekat rumah.

….

“brak..!’’

“Kirana??”

“Neee..”

“Kenapa dibanting pintunya? Nanti rusak loh..”

“I’m sorry bii.. Aku harus ke tempat kursus.. Apa kau lihat baju stripe hitamku bibi?” Teriakku dari dalam kamar

“sudah kulipat di dalam lemarimu”

“Neee, araseoyyo. Udah dapet!” 10 menit bersiap aku lalu siap-siap untuk pergi, Ahjumma Nana sudah menunggu di depan pintu rumah dan menyodorkan tempat makan dan minum.

“jangan lupa di makan yaaa, jangan sampe telat makan lagi. Kau ingat kan bagaimana reaksi Ayahmu ketika tahu kau sakit? Kau tidak akan membuatnya dan seluruh krunya meninggalkan lokasi syuting lagi kan..”

“siapp..” Aku lalu buru-buru mengambil sepedaku dan melesat menuju sekolah musik.

…..

Cuaca siang ini sangat Indah dan cerah, karena ini bulan April dan musim semi, cherry blossom di sepanjang jalan sangat indah. Musim semi memang merupakan musim favoritku, musim yang membawa warna disetiap sudut kota Busan, mencerahkan hati dan menyegarkan mata. Dengan senyum yang lebar aku terus mengayuh sepedaku.

Saat ingin berbelok, tiba-tiba ada mobil sedan hitam melesat dengan kecepatan tinggi menikung disamping kiriku, “TEEETTTTT..!!” tanpa aba-aba dy memberikan klakson yang sangat panjang dan keras kepadaku, padahal posisiku sudah benar, mobil itu saja yang mengambil jarak yang begitu besar.

Aku tersentak dan melakukan rem mendadak, hampir saja terjatuh

“YA BANGSAAT..”

Ups. Aku keceplosan. Mobilnya berhenti sesaat setelah ku teriaki, tapi lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Aku cukup takut ketika mobilnya berhenti, ku pikir aku akan dihampiri karena sudah berkata kasar, huff. Tapi aku kan tidak salah, kenapa mesti takut?!! Ketusku kesal.

Setelah berupaya keras untuk menenangkan diri, aku melanjutkan perjalanan ke sekolah musik.

“Hampir saja…” bisikku.

……

Leave a comment