Snow in my bed

Just a random thought

Bahkan saat masih menjadi benih, bukankah kita sudah mulai berkompetisi? Berkompetisi untuk menjadi yang terbaik, berkompetisi untuk bertahan.

Ketika telah terlahir, kita terus saja berkompetisi. Di bangku sekolah, kau harus mengalahkan teman-temanmu untuk menjadi siswa dengan peringkat tertinggi. Saat sarjana, kau harus berkompetisi dengan para sarjana yang lain agar cv mu bisa diterima di perusahaan. Saat bekerja, kau masih harus berkompetisi dengan rekanmu untuk menduduki jabatan yang bagus.

Mereka bilang tidak mengapa untuk gagal, tapi ketika kamu gagal mereka akan menyalahkanmu.
Mereka bilang tidak mengapa tidak memberikan apa-apa, tapi saat serba kekurangan mereka akan mempertanyakan tanggung jawabmu.
Mereka bilang bicarakan saja masalahmu pada mereka, tapi ketika kau mengeluh masalahmu, mereka memintamu untuk pergi.
Mereka bilang, ikuti saja kata hatimu, tapi saat kau mengambil keputusan yang tidak benar, mereka malah menjatuhkanmu.

Tidakkah berlari itu melelahkan? Waktu terus memaksamu menjalankannya dengan tepat dan benar tanpa mentolerir sedikit kesalahan dan keterlambatan, kejam rasanya karena ini adalah hidup pertamamu, kau tidak pernah berada pada fase ini sebelumnya, tapi kau dipaksa untuk bertahan dengan kebingunganmu. Kaupun merasa gagal karena keterlambatanmu dalam menemukan jalan kebahagiaan.

Kau terus memaksa dirimu untuk membahagiakan orang lain sampai kau sendiri lupa caranya menikmati hidup dan menjadi bahagia, saat dulu kebahagiaan sesederhana menonton drama favorit sendirian di kamar.

Apakah kebahagiaan dan kesuksesan hanya tentang bagaimana mereka melihat pekerjaanmu? melihat gedung tempat kerjamu? melihat uangmu? melihat penghasilanmu? melihat fisikmu? melihat bajumu? Karena aku begitu muak dengan bagaimana mereka mendefinisikan hidupku, bahagiaku, suksesku.

Sesuatu terjadi pada dirimu, tapi kau sendiri tidak tahu harus kemana, bagaimana dan apa yang menjadi masalah.

Kau ingin bermimpi, tapi realita terus menjatuhkanmu, berbisik bahwa kau takkan mampu meraihnya.

Mimpiku, apakah ia juga berkompetisi dengan mimpi-mimpi lainya? Apakah ia sudah kalah? Apakah mimpiku adalah mimpi yang gagal? Tapi apa benar hal itu yang  aku impikan? Lalu apa mimpiku?

Aku tak tahu.

Leave a comment